Tugas CeritaLEGENDA GUNUNG TANGKUBAN PERAHUOleh:Athallah Emeraldo Zajuli
Kelas IV A
SD LABORATORIUM UPI CIBIRU BANDUNG
Gunung Tangkuban Perahu |
Gunung
Tangkuban Perahu terletak di Desa Cikole,
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat, Indonesia. Menurut cerita masyarakat setempat,
asal muasal terbentuknya
Gunung Tangkuban Perahu berasal dari
legenda Sangkuriang, anak seorang wanita cantik yang bernama Dayang
Sumbi.
Pada
jaman dahulu di tatar Parahyangan berdiri sebuah kerajaan yang gemah ripah lohjinawi
kerta raharja. Tersebutlah
sang Prabu yang gemar olah raga berburu binatang, senantiasa
ditemani anjingnya
yang setia bernama “Tumang”. Pada
suatu ketika sang Prabu berburu rusa, namun telah seharian hasilnya kurang menggembirakan. Di tengah kekecewaan tidak mendapatkan binatang
buruannya, sang Prabu
dikagetkan dengan nyalakan anjing setianya
“Tumang” yang menemukan seorang bayi
perempuan tergeletak diantara rimbunan rerumputan. Alangkah gembiranya sang
Prabu, ketika ditemukannya
bayi perempuan yang berparas cantik
tersebut, mengingat telah cukup lama sang Prabu mendambakan seorang
putri, namun belum juga
dikaruniai anak. Bayi perempuan itu diberi nama Putri Dayangsumbi. Dayangsumbi setelah dewasa
dipersunting seorang pria, yang kemudian
dikarunia seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Namun
sayang suami Dayangsumbi tidak berumur panjang.
Suatu
saat, Sangkuriang yang masih sangat muda belia, mengadakan perburuan ditemani anjing kesayangan sang Prabu
yang juga kesayangan
ibunya, yaitu Tumang. Namun hari yang
kurang baik menyebabkan perburuan tidak memperoleh hasil. Karena Sangkuriang telah
berjanji untuk mempersembahkan
hati rusa untuk ibunya, sedangkan
rusa buruan tidak didapatkannya, maka
Sangkuriang nekad membunuh si Tumang anjing kesayangan ibunya dan juga sang Prabu untuk diambil hatinya, yang
kemudian dipersembahkan
kepada ibunya. Ketika
Dayangsumbi akhirnya mengetahui bahwa hati rusa yang dipersembahkan putranya tiada lain adalah hati “si Tumang”
anjing kesayangannya,
maka murkalah Dayangsumbi. Terdorong
amarah, tanpa sengaja, dipukulnya kepala
putranya dengan centong nasi yang sedang
dipegangnya, hingga menimbulkan luka yang berbekas. Sangkuriang merasa usaha
untuk menggembirakan
ibunya sia-sia, dan merasa perbuatannya
tidak bersalah. Akhirnya, Sangkuriangpun
meninggalkan kerajaan.
Setelah
kejadian itu Dayangsumbi merasa sangat menyesal, setiap hari ia selalu berdoa dan memohon kepada Hyang
Tunggal, agar ia dapat dipertemukan
kembali dengan putranya. Permohonan
itu akhirnya terkabulkan, dan
kemurahan sang Hyang
Tunggal jualah maka Dayangsumbi dikaruniai
awet muda. Dalam
suatu saat pengembaraannya, Sangkuriang kembali ke kerajaan dimana ia berasal. Dia lalu bertemu dengan seorang putri
yang berparas jelita yang tiada lain ialah putri Dayangsumbi. Sangkuriang jatuh hati
kepada putri tersebut, demikianpula
Dayangsumbi terpesona akan kegagahan
dan ketampanan Sangkuriang, maka hubungan
asmara keduanya terjalinlah. Sangkuriang
maupun Dayangsumbi saat itu tidak mengetahui
bahwa sebenarnya keduanya adalah ibu
dan anak. Sangkuriang akhirnya melamar Dayangsumbi untuk dipersunting menjadi
istrinya.
Saat Dayangsumbi membetulkan ikat kepala Sangkuriang, ia melihat bekas luka dikepala
Sangkuriang. Setelah
merasa yakin bahwa
Sangkuriang adalah anaknya, Dayangsumbi berusaha
menggagalkan pernikahannya dengan
Sangkuriang. Dayangsumbi lalu mengajukan dua syarat yang
harus dipenuhi Sangkuriang
dengan batas waktu sebelum fajar menyingsing. Syarat pertama, Sangkuriang
harus dapat membuat
sebuah perahu yang besar. Syarat kedua,
Sangkuriang harus dapat membuat danau untuk bisa dipakai berlayarnya perahu
tersebut. Sangkuriang
menyanggupi syarat tersebut, ia bekerja
lembur dibantu oleh wadiabalad siluman pimpinan Guriang Tujuh untuk mewujudkan permintaan tersebut. Kayu
kayu besar untuk perahu
dan membendung sungai Citarum, ia dapatkan
dari hutan di sebuah gunung yang menurut
legenda kelak diberi nama Gunung Bukit Tunggul.Adapun ranting dan daun dari pohon yang dipakai kayunya, ia
kumpulkan disebuah bukit
yang diberi nama gunung Burangrang.
Sementara
itu Dayangsumbi pun memohon sang Hyang
Tunggal untuk menolongnya, menggagalkan
maksud Sangkuriang untuk memperistri
dirinya. Sang
Hyang Tunggal mengabulkan permohonan Dayangsumbi, sebelum pekerjaan Sangkuriang selesai, ayampun berkokok
dan fajar menyingsing.
Sangkuriang murka, mengetahui ia gagal memenuhi syarat tersebut, ia menendang perahu yang sedang dibuatnya. Perahu akhirnya jatuh
menelungkup dan menurut legenda
kelak jadilah Gunung Tangkubanparahu, sementara aliran Sungai Citarum yang
dibendung sedikit
demi sedikit membentuk danau Bandung.